Secara umum kemaksiatan adalah
penyebab adzab kubur. Rasulullah saw telah menyebutkan beberapa perkara yang
menyebabkan seseorang mendapat adzab kubur, diantaranya adalah namimah atau
mengadu domba, tidak dapat menjaga kesucian diri dan menjaga pakaian dari air
kencing, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim.
Adzab kubur yang dialami oleh
seorang yang beriman dapat berhenti atau terputus dengan sebab-sebab tertentu,
diantaranya adalah karena do’a orang yang berziarah. Oleh karena itu, hendaklah
kita menghindari dan menjaga diri dari melakukan berbagai kemaksiatan agar
terhindar dari adzab kubur ini.
Salah satu usaha kita sebagai
seorang muslim dalam menghindari adzab kubur adalah dengan membaca do’a
keselamatan yang diajarkan Rasulullah saw pada saat sholat tahiyat akhir dan
sebelum salam. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim.
“Allahuma inni audzubika min
adzabi jahannama, wamin adzabi qobri, wa min fitnatil mahya wa mamats, wa min
syarri fitnatil masihid dajjal.” Yang
artinya, Ya Allah aku berlindung dari adzab jahannam, dan dari adzab qubur, dan
dari fitnah dunia dan kematian, dan dari keburukan fitnah Al Masih Dajjal.
Do’a tersebut sekalipun sunnah
dan tidak wajib dibaca pada saat sholat, di tahiyat akhir dan sebelum salam,
namun hendaklah tetap kita jaga untuk kita laksanakan dan tidak meremehkannya
karena do’a tersebut diajarkan Nabi kita dengan maksud agar umatnya terhindar
dari keburukan dan adzab.
Dan berikut berbagai adzab yang ada dalam kubur :
1. Diperlihatkan neraka jahannam
النَّارُ
يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan
petang.” (Ghafir:
46)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ
عَلَيْهِ مَقْعَدَهُ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ، إِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ
الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ
أَهْلِ النَّارِ فَيُقَالُ: هَذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya apabila salah seorang di antara kalian
mati maka akan ditampakkan kepadanya calon tempat tinggalnya pada waktu pagi
dan sore. Bila dia termasuk calon penghuni surga, maka ditampakkan kepadanya
surga. Bila dia termasuk calon penghuni neraka maka ditampakkan kepadanya
neraka, dikatakan kepadanya: ‘Ini calon tempat tinggalmu, hingga Allah
Subhanahu wa Ta’ala membangkitkanmu pada hari kiamat’.” (Muttafaqun ‘alaih)
2. Dipukul dengan palu dari besi
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam:
فَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُ
فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ: لَا
أَدْرِي، كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ. فَيَقُولَانِ: لَا دَرَيْتَ وَلَا
تَلَيْتَ. ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَاقٍ مِنْ حَدِيدٍ بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ
فَيَسْمَعُهَا مَنْ عَلَيْهَا غَيْرُ الثَّقَلَيْنِ
Adapun orang kafir atau munafik,
maka kedua malaikat tersebut bertanya kepadanya: “Apa jawabanmu tentang orang
ini (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam)?” Dia mengatakan: “Aku tidak
tahu. Aku mengatakan apa yang dikatakan orang-orang.” Maka kedua malaikat itu
mengatakan: “Engkau tidak tahu?! Engkau tidak membaca?!” Kemudian ia dipukul
dengan palu dari besi, tepat di wajahnya. Dia lalu menjerit dengan jeritan yang
sangat keras yang didengar seluruh penduduk bumi, kecuali dua golongan: jin dan
manusia.” (Muttafaqun
‘alaih)
3. Disempitkan kuburnya, sampai
tulang-tulang rusuknya saling bersilangan, dan didatangi teman yang buruk
wajahnya dan busuk baunya.
Dalam hadits Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu
yang panjang, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang
orang kafir setelah mati:
فَأَفْرِشُوهُ مِنَ النَّارِ
وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا مِنَ النَّارِ؛ فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسُمُومِهَا
وَيَضِيقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلاَعُهُ وَيَأْتِيهِ
رَجُلٌ قَبِيحُ الْوَجْهِ قَبِيحُ الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيحِ فَيَقُولُ:
أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُوؤُكَ، هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ. فَيَقُولُ:
مَنْ أَنْتَ، فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ الَّذِي يَجِيءُ بِالشَّرِّ. فَيَقُولُ: أَنَا
عَمَلُكَ الْخَبِيثُ. فَيَقُولُ: رَبِّ لَا تُقِمِ السَّاعَةَ
“Gelarkanlah untuknya alas tidur dari api neraka, dan
bukakanlah untuknya sebuah pintu ke neraka. Maka panas dan uap panasnya
mengenainya. Lalu disempitkan kuburnya sampai tulang-tulang rusuknya
berimpitan. Kemudian datanglah kepadanya seseorang yang jelek wajahnya, jelek
pakaiannya, dan busuk baunya. Dia berkata: ‘Bergembiralah engkau dengan perkara
yang akan menyiksamu. Inilah hari yang dahulu engkau dijanjikan dengannya (di
dunia).’ Maka dia bertanya: ‘Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang
dengan kejelekan.’ Dia menjawab: ‘Aku adalah amalanmu yang jelek.’ Maka dia
berkata: ‘Wahai Rabbku, jangan engkau datangkan hari kiamat’.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i, Ibnu Majah
dan Al-Hakim)
4. Dirobek-robek mulutnya,
dimasukkan ke dalam tanur yang dibakar, dipecah kepalanya di atas batu, ada
pula yang disiksa di sungai darah, bila mau keluar dari sungai itu dilempari
batu pada mulutnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata
kepada Jibril dan Mikail ‘alaihissalam sebagaimana disebutkan dalam hadits yang
panjang:
فَأَخْبِرَانِي عَمَّا رَأَيْتُ.
قَالَا: نَعَمْ، أَمَّا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ
بِالْكَذْبَةِ فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الْآفَاقَ فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى
يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ
اللهُ الْقُرْآنَ فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بِالنَّهَارِ
يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي الثَّقْبِ
فَهُمُ الزُّنَاةُ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي النَّهْرِ آكِلُوا الرِّبَا
“Beritahukanlah kepadaku tentang apa
yang aku lihat.” Keduanya menjawab: “Ya. Adapun orang yang engkau lihat dirobek
mulutnya, dia adalah pendusta. Dia berbicara dengan kedustaan lalu kedustaan
itu dinukil darinya sampai tersebar luas. Maka dia disiksa dengan siksaan
tersebut hingga hari kiamat. Adapun orang yang engkau lihat dipecah kepalanya,
dia adalah orang yang telah Allah ajari Al-Qur’an, namun dia tidur malam (dan
tidak bangun untuk shalat malam). Pada siang hari pun dia tidak mengamalkannya.
Maka dia disiksa dengan siksaan itu hingga hari kiamat. Adapun yang engkau
lihat orang yang disiksa dalam tanur, mereka adalah pezina. Adapun orang yang
engkau lihat di sungai darah, dia adalah orang yang makan harta dari hasil
riba.” (HR.
Al-Bukhari no. 1386 dari Jundub bin Samurah radhiyallahu ‘anhu)
5. Dicabik-cabik ular-ular yang
besar dan ganas
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِذَا أَنَا بِنِسَاءٍ تَنْهَشُ
ثَدْيَهُنَّ الْحَيَّاتُ، فَقُلْتُ: مَا بَالُ هَؤُلَاءِ؟ فَقَالَ: اللَّوَاتِي
يَمْنَعْنَ أَوْلَادَهُنَّ أَلْبَانَهُنَّ
“Tiba-tiba aku melihat para wanita yang
payudara-payudara mereka dicabik-cabik ular yang ganas. Maka aku bertanya:
‘Kenapa mereka?’ Malaikat menjawab: ‘Mereka adalah para wanita yang tidak mau
menyusui anak-anaknya (tanpa alasan syar’i)’.” (HR. Al-Hakim. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu
dalam Al-Jami’ush Shahih berkata: “Ini hadits shahih dari Abu Umamah Al-Bahili
radhiyallahu ‘anhu.”)
Sebab Mendapatkan Adzab Kubur
Banyak sekali hal-hal yang menyebabkan seseorang
mendapatkan adzab kubur. Sampai-sampai Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam
kitabnya Ar-Ruh menyatakan: “Secara global, mereka diadzab karena kejahilan
mereka tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak melaksanakan perintah-Nya, dan
karena perbuatan mereka melanggar larangan-Nya. Maka, Allah Subhanahu wa Ta’ala
tidak akan mengadzab ruh yang mengenal-Nya, mencintai-Nya, melaksanakan
perintah-Nya, dan meninggalkan larangan-Nya. Demikian juga, Allah Subhanahu wa
Ta’ala tidak akan mengadzab satu badan pun yang ruh tersebut memiliki
ma’rifatullah (pengenalan terhadap Allah) selama-lamanya. Sesungguhnya adzab
kubur dan adzab akhirat adalah akibat kemarahan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
kemurkaan-Nya terhadap hamba-Nya. Maka barangsiapa yang menjadikan Allah
Subhanahu wa Ta’ala marah dan murka di dunia ini, lalu dia tidak bertaubat dan
mati dalam keadaan demikian, niscaya dia akan mendapatkan adzab di alam barzakh
sesuai dengan kemarahan dan kemurkaan-Nya.” (Ar-Ruh hal. 115)
Di antara sebab-sebab adzab kubur secara terperinci
adalah sebagai berikut:
1. Kekafiran dan kesyirikan.
Sebagaimana adzab yang menimpa Fir’aun dan bala
tentaranya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَوَقَاهُ اللهُ سَيِّئَاتِ مَا
مَكَرُوا وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ. النَّارُ يُعْرَضُونَ
عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا ءَالَ
فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya
mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh adzab yang amat buruk. Kepada
mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya
kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): ‘Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam
adzab yang sangat keras’.” (Ghafir: 45-46)
2. Kemunafikan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ
الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ
لَا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ
يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ
“Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu
itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka
keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka,
(tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali
kemudian mereka akan dikembalikan kepada adzab yang besar.” (At-Taubah: 101)
3. Tidak menjaga diri dari air
kencing dan mengadu domba
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَرَّ النَّبِيُّ n بِقَبْرَينِ
فَقَالَ: إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا
أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ
يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ. فَأَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ
فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً. فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، لِمَا
فَعَلْتَ هَذَا؟ قَالَ: لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
melewati dua kuburan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya keduanya sedang diadzab, dan tidaklah keduanya diadzab disebabkan
suatu perkara yang besar (menurut kalian). Salah satunya tidak menjaga diri
dari percikan air kencing, sedangkan yang lain suka mengadu domba antara
manusia.” Beliau lalu mengambil sebuah pelepah kurma yang masih basah, kemudian
beliau belah menjadi dua bagian dan beliau tancapkan satu bagian pada
masing-masing kuburan. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau
melakukan hal ini?” Beliau menjawab: “Mudah-mudahan diringankan adzab tersebut
dari keduanya selama pelepah kurma itu belum kering.” (Muttafaqun ‘alaih dari Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhuma)
4. Ghibah
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَمَّا عَرَجَ بِي رَبِّي عَزَّ
وَجَلَّ مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمُشُونَ وُجُوهَهُمْ
وَصُدُورَهُمْ، فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ
“Tatkala Rabbku memi’rajkanku (menaikkan ke langit),
aku melewati beberapa kaum yang memiliki kuku dari tembaga, dalam keadaan
mereka mencabik-cabik wajah dan dada mereka dengan kukunya. Maka aku bertanya:
‘Siapakah mereka ini wahai Jibril?’ Dia menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang
yang memakan daging (suka mengghibah) dan menjatuhkan kehormatan manusia’.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al-Albani
rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 533. Hadits ini juga dicantumkan dalam
Ash-Shahihul Musnad karya Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu)
Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullahu
menyatakan: “Sebagian ulama menyebutkan rahasia dikhususkannya
(penyebab adzab kubur) air kencing, namimah (adu domba), dan ghibah
(menggunjing). Rahasianya adalah bahwa alam kubur itu adalah tahap awal alam
akhirat. Di dalamnya terdapat beberapa contoh yang akan terjadi pada hari
kiamat, seperti siksaan ataupun balasan yang baik. Sedangkan perbuatan maksiat
yang akan disiksa karenanya ada dua macam: terkait dengan hak Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan terkait dengan hak hamba. Hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
pertama kali akan diselesaikan pada hari kiamat adalah shalat, sedangkan yang
terkait dengan hak-hak hamba adalah darah.
Adapun di alam barzakh, yang akan
diputuskan adalah pintu-pintu dari kedua hak ini dan perantaranya. Maka, syarat
sahnya shalat adalah bersuci dari hadats dan najis. Sedangkan pintu tumpahnya
darah adalah namimah (adu domba) dan menjatuhkan kehormatan orang lain.
Keduanya adalah dua jenis perkara menyakitkan yang paling ringan, maka diawali
di alam barzakh dengan evaluasi serta siksaan karena keduanya.” (Ahwalul Qubur hal. 89)
5. Niyahah (meratapi jenazah)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ
أَهْلِهِ عَلَيْهِ
“Sesungguhnya mayit itu akan diadzab karena ratapan
keluarganya.”
(Muttafaqun ‘alaih)
Dalam riwayat lain dalam Shahih Muslim:
الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ فِي قَبْرِهِ
بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ
“Mayit itu akan diadzab di kuburnya dengan sebab
ratapan atasnya.”
Jumhur ulama berpendapat, hadits ini dibawa kepada
pemahaman bahwa mayit yang ditimpa adzab karena ratapan keluarganya adalah
orang yang berwasiat supaya diratapi, atau dia tidak berwasiat untuk tidak
diratapi padahal dia tahu bahwa kebiasaan mereka adalah meratapi orang mati.
Oleh karena itu Abdullah ibnul Mubarak rahimahullahu berkata: “Apabila dia
telah melarang mereka (keluarganya) meratapi ketika dia hidup, lalu mereka
melakukannya setelah kematiannya, maka dia tidak akan ditimpa adzab sedikit
pun.” (Umdatul Qari’, 4/78)
Adzab di sini menurut mereka maknanya adalah hukuman.
(Ahkamul Jana’iz, hal. 41)
Selain sebab-sebab di atas, ada beberapa hal lain yang
telah disebutkan dalam pembahasan Macam-macam Adzab Kubur.
Apakah Adzab Kubur itu
Terus-Menerus?
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
rahimahullahu berkata: “Jawaban terhadap pertanyaan ini:
1. Adzab kubur bagi orang-orang kafir terjadi
terus-menerus dan tidak mungkin terputus karena mereka memang berhak
menerimanya. Seandainya adzab tersebut terputus atau berhenti, maka kesempatan
ini menjadi waktu istirahat bagi mereka. Padahal mereka bukanlah orang-orang
yang berhak mendapatkan hal itu. Maka, mereka adalah golongan orang-orang yang
terus-menerus dalam adzab kubur sampai datangnya hari kiamat, walaupun panjang
masanya.
2. Orang-orang beriman yang berbuat maksiat, Allah
Subhanahu wa Ta’ala mengadzab mereka dengan sebab dosa-dosanya. Di antara
mereka ada yang diadzab terus-menerus, ada pula yang tidak. Ada yang panjang
masanya, ada pula yang tidak, tergantung dosa-dosanya serta ampunan Allah
Subhanahu wa Ta’ala.” (Syarh Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah, 2/123)
Amalan yang Menyelamatkan dari Adzab Kubur
Setelah memberitahukan dahsyatnya adzab kubur dan
sebab-sebab yang akan menyeret ke dalamnya, baik melalui firman-Nya ataupun
melalui lisan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia, dengan
rahmat dan keutamaan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberitahukan
amalan-amalan yang akan menyelamatkan dari adzab kubur tersebut.
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata:
“Sebab-sebab yang akan menyelamatkan seseorang dari adzab kubur terbagi menjadi
dua:
1. Sebab-sebab secara global
Yaitu dengan menjauhi seluruh sebab yang akan
menjerumuskan ke dalam adzab kubur sebagaimana yang telah disebutkan.
Sebab yang paling bermanfaat adalah seorang hamba
duduk beberapa saat sebelum tidur untuk mengevaluasi dirinya: apa yang telah
dia lakukan, baik perkara yang merugikan maupun yang menguntungkan pada hari
itu. Lalu dia senantiasa memperbarui taubatnya yang nasuha antara dirinya
dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga dia tidur dalam keadaan bertaubat
dan berkemauan keras untuk tidak mengulanginya bila nanti bangun dari tidurnya.
Dia lakukan itu setiap malam. Maka, apabila dia mati (ketika tidurnya itu), dia
mati di atas taubat. Apabila dia bangun, dia bangun tidur dalam keadaan siap
untuk beramal dengan senang hati, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menunda
ajalnya hingga dia menghadap Rabbnya dan berhasil mendapatkan segala sesuatu
yang terluput. Tidak ada perkara yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba
daripada taubat ini. Terlebih lagi bila dia berzikir setelah itu dan melakukan
sunnah-sunnah yang datang dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
dia hendak tidur sampai benar-benar tertidur. Maka, barangsiapa yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala kehendaki kebaikan baginya, niscaya Allah Subhanahu wa
Ta’ala akan berikan hidayah taufik untuk melakukan hal itu. Dan tiada kekuatan
kecuali dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Sebab-sebab terperinci
Di antaranya:
– Ribath (berjaga di pos perbatasan
wilayah kaum muslimin) siang dan malam.
Dari Fadhalah bin Ubaid radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ مَيِّتٍ يُخْتَمُ عَلَى
عَمَلِهِ إِلَّا الَّذِي مَاتَ مُرَابِطًا فِي سَبِيلِ اللهِ فَإِنَّهُ يُنْمَى
لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَيَأْمَنُ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ
“Setiap orang yang mati akan diakhiri/diputus
amalannya, kecuali orang yang mati dalam keadaan ribath di jalan Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Amalannya akan dikembangkan sampai datang hari kiamat dan
akan diselamatkan dari fitnah kubur.” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud)
– Mati syahid
Dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, dari
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللهِ سِتُّ
خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دُفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيُرَى مَقْعَدَهُ
مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنُ مِنَ الْفَزَعِ
الْأَكْبَرِ، وَيُحَلَّى حُلَّةَ الْإِيمَانِ وَيُزَوَّجُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ،
وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ
“Orang yang mati syahid akan mendapatkan enam
keutamaan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala: diampuni dosa-dosanya dari awal
tertumpahkan darahnya, akan melihat calon tempat tinggalnya di surga, akan
diselamatkan dari adzab kubur, diberi keamanan dari ketakutan yang sangat
besar, diberi hiasan dengan hiasan iman, dinikahkan dengan bidadari, dan akan
diberi kemampuan untuk memberi syafaat kepada 70 orang kerabatnya.” (HR. Ahmad,
At-Tirmidzi, Ibnu Majah. Al-Albani berkata dalam Ahkamul Jana’iz bahwa sanadnya
hasan)
– Mati pada malam Jumat atau siang harinya.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallahu
‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يـَمُوتُ يَوْمَ
الْـجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
“Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jumat atau
malamnya, kecuali Allah akan melindunginya dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad dan Al-Fasawi.
Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Ahkamul Jana’iz bahwa hadits ini dengan
seluruh jalur-jalurnya hasan atau shahih)
– Membaca surat Al-Mulk
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
هِيَ الْمَانِعَةُ هِيَ الْمُنْجِيَةُ
تُنْجِيهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
“Dia (surat Al-Mulk) adalah penghalang, dia adalah
penyelamat yang akan menyelamatkan pembacanya dari adzab kubur.” (HR. At-Tirmidzi, lihat
Ash-Shahihah no. 1140) [dinukil dari Ar-Ruh dengan sedikit perubahan]
– Doa sebagaimana yang telah lalu, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam berlindung dari adzab kubur dan memerintahkan umatnya untuk
berlindung darinya.
Nikmat Kubur
Setelah mengetahui dan meyakini adanya adzab kubur
yang demikian mengerikan dan menakutkan, berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah
yang shahih, juga mengetahui macam-macamnya, penyebabnya, dan hal-hal yang akan
menyelamatkan darinya, maka termasuk kesuksesan yang agung adalah selamat dari
berbagai adzab tersebut dan mendapatkan nikmat di dalamnya dengan rahmat-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِي رَحْمَتِهِ ذَلِكَ هُوَ
الْفَوْزُ الْمُبِينُ
“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang shalih maka Rabb mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga).
Itulah keberuntungan yang nyata.” (Al-Jatsiyah: 30)
قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ
رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ. مَنْ يُصْرَفْ عَنْهُ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمَهُ
وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku takut akan adzab hari
yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Rabbku.’ Barangsiapa yang
dijauhkan adzab daripadanya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan
rahmat kepadanya. Dan itulah keberuntungan yang nyata.” (Al-An’am: 15-16)
Adapun nikmat kubur, di antaranya apa yang Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam beritakan dalam hadits Al-Bara’ radhiyallahu
‘anhu yang panjang:
– mendapatkan ampunan dan keridhaan-Nya. Sebagaimana
perkataan malakul maut kepada orang yang sedang menghadapi sakaratul maut:
أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ،
اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٍ
“Wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan Allah
dan keridhaan-Nya.”
– dikokohkan hatinya untuk menghadapi dan menjawab
fitnah kubur.
يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا
بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman
dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)
– Digelarkan permadani, didandani dengan pakaian dari
surga, dibukakan baginya pintu menuju surga, dilapangkan kuburnya, dan di
dalamnya ditemani orang yang tampan wajahnya, bagus penampilannya, sebagaimana
yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kabarkan dalam hadits Al-Bara’
yang panjang:
فَأَفْرِشُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ
وَأَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ. قَالَ:
فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا وَيُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ مَدَّ
بَصَرِهِ. قَالَ: وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ حَسَنُ الثِّيَابِ طَيِّبُ
الرِّيحِ فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُرُّكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ
تُوعَدُ. فَيَقُولُ لَهُ: مَنْ أَنْتَ، فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالْخَيْرِ.
فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ
“Maka gelarkanlah permadani dari surga, dandanilah ia
dengan pakaian dari surga. Bukakanlah baginya sebuah pintu ke surga, maka
sampailah kepadanya bau wangi dan keindahannya. Dilapangkan kuburnya sejauh
mata memandang, kemudian datang kepadanya seorang yang tampan wajahnya, bagus
pakaiannya, wangi baunya. Lalu dia berkata: ‘Berbahagialah dengan perkara yang
menyenangkanmu. Ini adalah hari yang dahulu kamu dijanjikan.’ Dia pun bertanya:
‘Siapa kamu? Wajahmu adalah wajah orang yang datang membawa kebaikan.’ Dia
menjawab: ‘Aku adalah amalanmu yang shalih…” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala meneguhkan
hati kita di atas kalimat tauhid hingga akhir hayat kita dan menyelamatkan kita
dari berbagai fitnah (ujian) dunia dan fitnah kubur, serta memasukkan kita ke
dalam jannah-Nya. Amin ya Rabbal ‘alamin.
Semoga bermanfaat
'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar