Ketika hisab, Allah swt akan bertanya kepada hamba-hambaNya
dengan cara sesuai dengan keagungan
Allah. Allah swt akan bertanya tentang apa saja yang sudah mereka lakukan di dunia.
Allah. Allah swt akan bertanya tentang apa saja yang sudah mereka lakukan di dunia.
Rasulullah saw menjelaskan dalam sebuah hadits yang artinya,
“Tidaklah diantara kalian kecuali Rabbnya
akan berbicara dengannya. Tidak ada antara dia dan Rabbnya penterjemah. Dia
akan melihat sebelah kanannya maka dia tidak akan melihat di sebelah kanannya,
kecuali amalan-amalan yang sudah dia lakukan dan akan melihat sebelah kirinya,
maka dia tidak melihat kecuali amalan yang pernah ia lakukan, dan akan melihat
depannya maka dia tidak akan melihat kecuali neraka ada di depannya. Maka
jagalah diri kalian dari neraka meskipun dengan separuh buah kurma.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Adapun hadits yang menyatakan bahwa, ada tiga golongan yang
Allah swt tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat, yaitu orang yang
suka mengungkit-ungkit pemberian, orang yang suka menjua barang dengan sumpah
palsu, dan orang yang memanjangkan pakaian di bawah mata kaki bagi laki-laki.
(H.R. Muslim). Maka yang dimaksud hadits ini adalah, seperti yang dikatakan
oleh sebagian ulama, bahwasanya Allah swt tidak akan berbicara kepada mereka
dalam keadaan ridho, tapi Allah swt akan berbicara kepada mereka dalam keadaan
marah.
Adapun hal yang akan ditanya pada saat hisab hari kiamat
diantaranya yang pertama adalah tentang tauhid kita kepada Allah swt. Allah swt
berfirman yang artinya, “Maka sungguh,
Kami akan bertanya umat yang diutus kepada mereka para rasul dan sungguh Kami
akan tanya para rasul.” (Q.S. Al-A’raf:6)
Kita akan ditanya bagaimana kita menjawab ajakan rasul dan
ajakan rasul yang paling besar adalah tauhid.
Diantara yang akan ditanya pada hari kiamat adalah
kenikmatan yang Allah berikan kepada kita di dunia. Allah swt berfirman, “Kemudian sungguh-sungguh kalian akan ditanya
pada hari itu tentang kenikmatan.”(Q.S At-Takatsur : 8)
Diantara kenikmatan tersebut adalah kenikmatan makanan dan
minuman, bagaimanapun sederhananya menurut pandangan manusia.
Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Sesungguhnya pertanyaan pertama yang akan ditanyakan kepada seorang
hamba pada hari kiamat adalah akan ditanyakan kepadanya, bukankah Kami telah
menyehatkan badanmu dan memberikan kepadamu air yang dingin?” (H. R.
Tirmidzi)
Di dalam hadits yang lain, Rasulullah saw bersabda yang
artinya, “Tidak akan bergerak kedua kaki
seorang hamba pada hari kiamat, sampai ditanya tentang umurnya, untuk apa dia
gunakan. Dan ditanya tentang ilmunya, apa yang dia amalkan. Dan aakan ditanya
tentang hartanya, darimana dia dapatkan dan dalam perkara apa dia gunakan. Dan
akan ditanya tentang anggota badannya, untuk apa dia gunakan.” (H. R.
Tirmidzi)
Orang yang mensyukuri nikmat tersebut dialah yang akan
selamat. Mensyukuri dengan hati, lisan, dan perbuatan. Hatinya mengakui
kenikmatan tersebut bahwasanya itu dari Allah, lisannya bersyukur dan memuji
Allah swt dan dia mempergunakan kenikmatan tersebut di dalam hal yang
dibolehkan oleh Allah swt.
Hal lain yang akan ditanya oleh Allah swt ketika hisab
adalah pendengaran, penglihatan, dan hati kita. Allah swt berfirman, “Janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu
ketahui ilmunya. Sesungguhnya setiap kamu kelak akan ditanya tentang
pendengaran, penglihatan, dan hatinya.” (Q. S. Al-Isro:36)
Karena itu hendaklah seorang muslim menjaga pendengaran,
penglihatan, dan hatinya dari segala sesuatu yang Allah haramkan.
Diantara yang akan ditanyakan adalah perjanjian. Allah swt
berfirman yang artinya, “Dan
sempurnakanlah perjanjian karena sesungguhnya perjanjian akan ditanyakan.”(Q.S.
Al Isro:34)
Dan perjanjian di sini mencakup perjanjian seorang hamba
kepada Allah maupun perjanjiannya kepada makhluk. Setiap muslim dituntut untuk
menyempurnakan perjanjian.
Diantara hal yang akan ditanyakan pada saat hisab adalah
tentang amanah yang telah Allah berikan kepada kita. Rasulullah saw bersabda
yang artinya, “Setiap kalian adalah
penjaga amanat dan setiap kalian akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang
imam atau pemimpin negara adalah penjaga amanah dan dia akan ditanya akan
ditanya tentang amanah tersebut. Seorang bapak adalah penjaga amanat di dalam
keluarganya dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang ibu adalah
penjaga amanat di dalam rumah suaminya dan dia akan ditanya tentang amanat
tersebut. Seorang pembantu adalah penjaga amanat harta majikannya dan dia akan
ditanya tentang amanat tersebut.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Seorang pemimpin mendapat amanat dari Allah untuk menegakkan
hukum-hukum Allah atas rakyatnya dan berbuat adil. Seorang bapak mendapat
amanat untuk memimpin keluarga dan membawa mereka ke arah kebaikan serta
memberikan hak-hak mereka. Seorang ibu mendapat amanat untuk mengurus rumah
tangga, mengurus anak, menasehati suami, dan sebagainya. Seorang pembantu
mendapat amanat untuk menjaga harta majikannya dan melaksanakan kewajiban
sebagai seorang pembantu.
Masing-masing kita hendaknya menjaga amanat dan melaksanakan
kewajiban-kewajiban kita apapun peran kita sesuai dengan yang Allah
perintahkan, baik kita sebagai seorang pemimpin maupun yang dipimpin, baik itu
sebagai juru dakwah maupun yang didakwahi, baik itu seorang suami maupun
seorang istri, baik sebagai seorang ayah, atau ibu atau seorang anak. Baik
seorang guru ataupun murid, masing-masing hendaknya berusaha menjalankan
kewajiban-kewajibannya dengan sebaik-baiknya.
* Diambil dari kajian
Ust. Abdullah Roy di kota Al Madinah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar