Mengenalkan Manajemen Ekonomi Pada Anak



’Toolilet! Tooolilet!....’ terdengar suara khas penjaja es krim yang lewat di depan rumah. Serta merta Rini terkesiap, ’Adduh!, pasti deh sebentar lagi akan ....’
”Bundaaa!!! Bundaaa!!! Minta uanggg!!!”
’tuuh. Bener kan!’ batin Rini kesal.

Ibu muda ini kelihatan gusar sekali, ia bingung, bagaimana membiasakan Adi, putranya supaya bisa berhemat. Setiap hari tak kurang sepuluh ribu yang harus ia keluarkan untuk sekedar jajan anaknya yang baru berumur 5 tahun itu. Mulai dari berangkat sekolah, minta uang saku. Pulang sekolah, minta uang lagi, buat beli layang-layang-lah, kelereng-lah, yoyo sampai kartu power rangers. Dan yang lebih menjengkelkan lagi, hampir setiap jajanan yang lewat di depan rumah ia selalu minta. Sang ibu-pun tak kuasa menolak lagi rengekan anak kesayangannya itu, Ia turuti sekalipun dengan hati kesal dan gusar. Kesal karena terpaksa harus memangkas uang untuk keperluan yang lain, gusar karena ia khawatir hal ini menjadi kebiasaan buruk Adi ke depannya..

Apa yang terjadi pada Rini bisa jadi juga dialami oleh para orang tua yang lain. Nah, bagaimana mendewasakan anak dalam hal ekonomi? Bagaimana memberi pemahaman ekonomi kepada anak? Karena sebagai orangtua, kita harus mampu mengajarkan dan memperkenalkan cara hidup hemat kepada anak -anak. Kita juga harus memberi pengetahuan pentingnya menabung agar mereka tidak terseret arus konsumerisme. Berikut saran yang mungkin sedikitnya bisa menjadi referensi atau masukan untuk orangtua dalam memberikan pemahaman tentang manajemen ekonomi kepada anak:

1. Membuat Prioritas
Kita biasakan memberikan penjelasan kepada anak, apa saja kebutuhan kita sekarang ini, dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam kurun waktu sebulan, apa yang sangat dibutuhkan dalam keluarga. Contoh, kebutuhan kakak untuk minggu ini: membeli sepatu kakak yang sudah rusak, membeli buku pelajaran, servis sepeda, dll. Anggaran untuk adik: membeli crayon karena sudah banyak yang patah, membeli buku mewarna, mengganti boneka teman yang kemarin dirusakkan adik, dll.

Jelaskan hal ini sesuai dengan nalarnya, beri anak pemahaman berapa budget belanja per minggu-nya, apa saja yang harus terlebih dulu dibeli dibanding benda lain yang anak inginkan. Hal ini untuk membiasakan anak memahami tentang budget belanja serta prioritas kebutuhan dirinya.

2. Membuat Daftar Belanja
Saat berbelanja kebutuhan pokok sehari-hari, entah ke pasar tradisional atau supermarket, biasakan ibu membuat sebuah daftar belanja. Tunjukkan daftar belanja tersebut kepada anak. Jelaskan bahwa ibu akan mengajak anak pergi berbelanja namun ibu hanya akan membeli barang-barang yang ada dalam daftar. Anak akan belajar untuk konsisten dengan tidak meminta apapun ketika di supermarket. 

Memang butuh sedikit rasa ’tega’ untuk melakukan hal ini. Cukup berat dilakukan oleh orangtua yang memang sudah terbiasa menuruti segala permintaan anak. Namun ibu juga bisa mengadakan ’perjanjian’ dengan anak sebelum berangkat belanja. Beri tawaran apakah anak menginginkan suatu barang atau tidak, jika ya, apa barang yang diinginkan tersebut, misalkan coklat. Maka coklat itu dapat dimasukkan ke dalam daftar belanja. Selanjutnya belanjalah bersama anak dengan membeli barang sesuai dengan daftar. Tidak lebih.

3. Tidak Lapar Mata
Lapar mata adalah istilah tidak tahan melihat barang yang terpajang di etalase atau toko-toko. Anak-anak pun bisa tergiur jika melintasi toko makanan, penjaja es krim ataupun toko mainan. Kita ajak anak untuk menahan diri.
Bisa kita katakan, mainan seperti itu masih banyak persediaan dan Mama akan membelikan pada saat yang tepat. Lihatlah beberapa hari kemudian. Bila ia melupakannya, berarti anak hanya menginginkan sesaat saja.

4.Pilih Alternatif Tempat Jalan-jalan
Kurangilah bepergian jalan-jalan ke mall, sebab, setiap waktu ada saja barang baru yang hadir di sana dan bisa membuat kita tergiur untuk membelinya. Begitu pun anak-anak. Ada banyak varian tempat rekreasi keluarga yang menyenangkan dan edukatif. Ada museum, bangunan bersejarah, wisata alam dan masih banyak lagi lainnya. Itu lebih menyenangkan daripada sekedar mall.

5. Menabung Uang Receh
Bangunlah kebiasaan menabung di rumah. Beri anak anda celengan kecil, bisa beli, lebih baik lagi apabila anda bisa mengajak anak membuat celengannya sendiri. Ini bisa menimbulkan ikatan emosi anak dengan celengannya... Jika anak memiliki uang receh, biasakan untuk memasukkan dalam celengan dan ajaklah untuk merencanakan sesuatu dengan hasil tabungannya. Bila sudah banyak, bisa ditukar ke bank atau belikan barang kebutuhan yang sangat anak inginkan namun budgetnya besar. Misalkan sepeda. 



* Disadur dari berbagai sumber
Active Search Results