"Reward and Punishment"



Betapa berat beban wajib yang harus disandang peran orang tua. Kewajiban tentang mendidik anak-anaknya, buah hatinya –jika ia mengetahui- . dan salah metode yang Allah ajarkan melalui RasulNya adalah melalui metode "hadiah dan hukuman". Metode reward and punishment ini bisa dicarikan rujukannya dalam agama Islam. Salah satunya adalah apa yang dicontohkan Rasulullah saw dalam mendidik anak yang menginjak usia 10 tahun tetapi belum mau mendirikan shalat.

 Mari kita perhatikan sabda Rasulullah saw:
مُرُوا الصَّبِيَّ بِالصَّلاَةِ إِذَا بَلَغَ سَبْعَ سِنِيْنَ، وَإِذَا بَلَغَ عَشْرَ سِنِيْنَ فَاضْرِبُوْهُ عَلَيْهَا
“Perintahkanlah anak untuk shalat ketika telah mencapai usia tujuh tahun. Dan bila telah berusia sepuluh tahun, pukullah dia bila enggan menunaikannya.” (HR. Abu Dawud no. 494, dan dikatakan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud: hasan shahih)

Hadits ini memberikan contoh salah satu hukuman bagi anak yang tidak mau mendirikan shalat padahal sudah diajak, dibiasakan, dan diingatkan semenjak 7 tahun. Hukuman tidak diberikan secara mendadak dan tiba-tiba kecuali setelah ada proses "tanbih" (peringatan) .

Contoh lain yang dapat dilihat dari para pendahulu kita yang shalih di antaranya dikisahkan oleh Nafi’ rahimahullahu, maula (bekas budak) Abdullah bin ‘Umar radhiallahu 'anhuma:
أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ إِذَا وَجَدَ أَحَدًا مِنْ أَهْلِهِ يَلْعَبُ بِالنَّرْدِ، ضَرَبَهُ وَكَسَرَهَا
“Bahwasanya Abdullah bin ‘Umar radhiallahu 'anhuma apabila mendapati salah seorang anggota keluarganya bermain dadu, beliau memukulnya dan memecahkan dadu itu.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 1273. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata dalam Shahih Al- Adabul Mufrad: shahihul isnad mauquf)
Begitu pula Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiallahu 'anha, sebagaimana penuturan Syumaisah Al- ’Atakiyyah:
ذُكِرَ أَدَبُ الْيَتِيْمِ عِنْدَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا فَقَالَتْ: إِنِّي لأَضْرِبُ الْيَتِيْمَ حَتَّى يَنْبَسِطَ
Pernah disebutkan tentang pendidikan bagi anak yatim di sisi ‘Aisyah radhiallahu 'anha, maka beliau pun berkata, ‘Sungguh, aku pernah memukul anak yatim yang ada dalam asuhanku hingga dia telungkup menangis di tanah.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 142, dan dikatakan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabul Mufrad: shahihul isnad)

Contoh-contoh "hukuman" di atas, sekali lagi, bukanlah langkah awal dan solusi utama, kecuali setelah proses peringatan dan koreksi. Kesalahan memang kerap terjadi dalam diri setiap manusia (sebagaimana sifat manusia, mahallu nisyan wa khataa, tempatnya lupa dan salah) dan peringatan terus diperlukan hingga jika peringatan demi peringatan belum berarti, maka jatuhlah hukuman. Hukuman seperti pukulan seperti di atas misalnya, Islam juga mengaturnya seperti larangan memukul wajah. sebagaimana dalam hadits Abi Hurairah ra:
إِذَا قَاتَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَجْتَنِبِ الوَجْهَ
“Apabila salah seorang di antara kalian memukul, hendaknya menghindari wajah.” (HR. Al- Bukhari no. 2559 dan Muslim no. 2612)

Dan kita perlu pahami, bahwa sakit seseorang, musibah bencana alam, dan sejenisnya, bisa masuk kategori hukuman Allah kepada seseorang/kaum di dunia ini, selain cobaan (bagi orang yang beriman) dan ujian (seperti para nabi). Orang yang terhukum dengan musibah menimpanya di dunia, in syaa Allah bisa menjadi penghapus dosa-dosanya (mukafirrat dzunub), sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Tidaklah suatu musibah menimpa seorang muslim kecuali Allah akan hapuskan (dosanya) karena musibahnya tersebut, sampai pun duri yang menusuknya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Di riwayat yang lain, Rasul mengatakan: “Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan (kelelahan), sakit, sedih, duka, gangguan ataupun gundah gulana sampai pun duri yang menusuknya kecuali Allah akan hapuskan dengannya kesalahan-kesalahan nya." (HR. Al-Bukhari).

Secara umum, "reward and punishment" dapati di-qiyas-kan dari ayat Al-Qur`an berikut ini: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7).

Dan hadiah yang diberikan kepada yang berprestasi bukanlah suatu tujuan, tapi sekedar wasilah, "kendaraan" untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan prestasi bagi yang telah meraihnya, trigger bagi yang belum berprestasi. Dan ini dipahamkan secara berproses, bukan hanya melalui ceramah saja, tetapi pemahaman materi pelajaran agama, bab "thalabul 'ilmi", misalnya. Terutama, bagi anak di masa pertumbuhan, mereka masih membutuhkan sesuatu yang ditiru, plagiat, mencari idola, dan populer di kalangan mereka. Awal peniruan kepada hal yang baik dan positif, meski masih bersifat ekstrinsik, lebih baik daripada tersesat berimitasi kepada yang tidak sesuai dengan dunia pendidikan.

Inilah yang diistilahkan pendidikan –sesuatu yang bernilai baik- itu perlu "dipaksakan" dahulu kemudian akan menjadi "kebiasaan", dan terahir menjadi ikhlas dalam menuntut ilmu. In syaa Allah akan berjalan sejajar dengan kualitas dan prestasi. Seperti ayat Al-Quran berikut ini (sekaligus bukti reward dalam dunia pendidikan): "Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mujadilah: 11)

PERJALANAN RASULULLAH Saw. KE THAIF



Selama sembilan tahun sejak kerasulan, Nabi Muhammad saw telah berusaha menyampaikan ajaran Islam dan mengusahakan hidayah serta perbaikan kaum nya di Makkah, namun sangat sedikit yang menerima ajakan beliau,kecuali orang-orang yang sejak awal telah masuk Islam. Selain mereka, ada orang-orang yang belum masuk Islam,tetapi siap membantu Rasulullah saw. Dan kebanyakan orang-orang kafir Makkah selalu menyakiti dan mempermainkan beliau dan para sahabat beliau. 

Abu Thalib termasuk orang yang tidak memeluk Islam namun sangat mencintai Nabi saw, ia akan melakukan apa saja yang dapat menolong Nabi saw. Pada tahun kesepuluh kenabian, ketika Abu Thalib meninggal dunia, kaum kuffar semakin berkesempatan untuk mencegah perkembangan Islam dan menyakiti kaum muslimin.
Rasulullah saw pun pergi ke Thaif. Disana ada suatu kabilah bernama Tsaqif, yang sangat banyak anggotanya, Beliau berpendapat, jika mereka memeluk Islam, kaum Muslimin akan terbebas dari siksaan orang-orang kafir tersebut. Dan akan menjadikan kota ini sebagai pusat penyebaran Islam. Setibanya di Thaif, Nabi saw langsung menemui tiga orang tokoh masyarakat dan berbicara dengan mereka, mengajak mereka kepada agama Allah, dan mengajak mereka agar membantu Rasulullah saw. 

Namun mereka bukan saja menolak, bahkan sebagai Bangsa Arab yang terkenal dengan adatnya yang sangat menghormati, itupun tidak mereka lakukan. Bahkan mereka menjawab dengan terang-terangan dan menerima beliau dengan sikap yang sangat buruk. Mereka menunjukan perasaan tidak suka dengan kedatangan Nabi saw. Pada mulanya beliau berharap agar kedatangan beliau kepada tokoh masyarakat akan disambut dengan baik dan sopan. Namun ternyata sebaliknya. 

Diantara mereka ada yang berkata, “wahai, kamukah orang yang dipilih oleh Allah sebagai Nabi-nya?” Yang lain berkata, “Tidak adakah orang selain kamu yang lebih pantas dipilih Allah sebagai Nabi? Yang ketiga berkata, “Aku tidak mau berbicara denganmu, sebab jika kamu memang seorang nabi seperti pengakuan mu lalu aku menolak mu, tentu itu tidak akan mendatangkan bencana dan jika kamu berbohong, aku tidak ingin berbicara dengan orang seperti itu.” 

Setelah itu dengan perasaan kecewa terhadap mereka, Nabi saw berharap dapat berbicara dengan orang-orang selain mereka. Inilah sifat Nabi saw yang selalu bersungguh-sungguh, teguh pendirian, dan tidak mudah putus asa. ternyata tidak seorang pun diantara mereka yang bersedia menerima beliau. Bahkan mereka membentak beliau dengan berkata,” Keluarlah kamu dari kampung ini! Pergilah kemana saja yang kamu sukai!” 


Ketika Nabi saw. Sudah tidak dapat mengharapkan mereka dan bersiap-siap akan meninggalkan mereka, mereka menyuruh anak-anak kota tersebut mengikuti Nabi saw., lalu mengganggu ,mencaci, serta melemparinya dengan batu, sehingga sandal beliau berlumuran darah. dalam keadaan seperti inilan Nabi meninggalkanThaif . 

Ketika pulang beliau menjumpai sebuah tempat yang dianggap aman dari kejahatan mereka. Beliau berdoa kepada Allah swt.,   “Ya Allah, kepada Mu lah kuadukan lemahnya kekuatanku, kurangnya upayaku dalam pandangan manusia. Wahai yang Maha Rahim dari sekalian rahimin, Engkaulah Tuhannya orang-orang yang merasa lemah, dan Engkaulah tuhanku, kepada siapakah engkau serahkan diriku. kepada orang asing yang akan memandangku dengan muka masam atau kepada musuh yang engkau berikan segala urusanku., tiada keberatan bagiku asalkan engkau tidak marah kepadaku. Lindungan-Mu sudah cukup bagiku. Aku berlindung kepada-Mu dengan Nur wajah-Mu yang menyinari segala kegelapan,dan dengannya menjadi baik dunia dan akhirat, dari turunya murka-Mu kepadaku atau turunya ketidakridhaan- Mu kepadaku. Jauhkanlah murka-Mu hingga Engkau ridha.Tiada daya dan upaya melainkan dengan-Mu.” 


Allah swt. Penguasa seluruh alam pun memperlihatkan keperkasaan- Nya. Demikian sedih doa Nabi saw., sehingga Jibril a.s datang untuk memberi salam kepada beliau dan berkata, “ Allah mendengar pembicaraanmu dengan kaummu, dan Allahpun mendengar jawaban mereka, dan Dia mengutus kepadamu malaikat penjaga gunung agar siap melaksanakan apa pun perintahmu kepadanya. “Malaikat itupun datang dan memberi salam kepada Nabi saw. Seraya berkata,” apapun yang engkau perintahkan akan kulaksanakan. Bila engkau suka, akan ku benturkan kedua Gunung disamping kota ini sehingga siapa saja yang tinggal diantara keduanya akan hancur binasa. Jika tidak, apapun hukuman yang engkau inginkan, aku akan siap melaksanakannya.” 

Rasulullah saw.yang bersifat pengasih dan mulia ini menjawab, “ aku hanya berharap kepada Allah, seandainya saat ini mereka tidak menerima Islam, semoga kelak keturunan mereka akan menjadi orang-orang yang beribadah kepada Allah.” 

 
Ibroh
Demikianlah Akhlak Nabi yang mulia. Kita mengaku sebagai pengikutnya, namun ketika kita ditimpa sedikit kesulitan atau celaan, kita langsung marah, bahkan menuntut balas seumur hidup. Kezhaliman dibalas dengan kezhaliman, sambil terus mengaku bahwa kita adalah umat nabi saw. Padahal dengan pengakuan itu, seharusnya segala tingkah laku kita mengikuti beliau. Jika mendapatkan kesulitan dari orang lain, Nabi saw tidak pernah mendoakan keburukan dan tidak pernah keinginan menuntut balas.


* Disadur dari berbagai sumber

Etika Bertetangga dan Jangan Menunda Membayar Hutang




Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, QS. An-Nisa’ ( 4) : 36.

Mengenalkan Manajemen Ekonomi Pada Anak



’Toolilet! Tooolilet!....’ terdengar suara khas penjaja es krim yang lewat di depan rumah. Serta merta Rini terkesiap, ’Adduh!, pasti deh sebentar lagi akan ....’
”Bundaaa!!! Bundaaa!!! Minta uanggg!!!”
’tuuh. Bener kan!’ batin Rini kesal.

Ibu muda ini kelihatan gusar sekali, ia bingung, bagaimana membiasakan Adi, putranya supaya bisa berhemat. Setiap hari tak kurang sepuluh ribu yang harus ia keluarkan untuk sekedar jajan anaknya yang baru berumur 5 tahun itu. Mulai dari berangkat sekolah, minta uang saku. Pulang sekolah, minta uang lagi, buat beli layang-layang-lah, kelereng-lah, yoyo sampai kartu power rangers. Dan yang lebih menjengkelkan lagi, hampir setiap jajanan yang lewat di depan rumah ia selalu minta. Sang ibu-pun tak kuasa menolak lagi rengekan anak kesayangannya itu, Ia turuti sekalipun dengan hati kesal dan gusar. Kesal karena terpaksa harus memangkas uang untuk keperluan yang lain, gusar karena ia khawatir hal ini menjadi kebiasaan buruk Adi ke depannya..

Apa yang terjadi pada Rini bisa jadi juga dialami oleh para orang tua yang lain. Nah, bagaimana mendewasakan anak dalam hal ekonomi? Bagaimana memberi pemahaman ekonomi kepada anak? Karena sebagai orangtua, kita harus mampu mengajarkan dan memperkenalkan cara hidup hemat kepada anak -anak. Kita juga harus memberi pengetahuan pentingnya menabung agar mereka tidak terseret arus konsumerisme. Berikut saran yang mungkin sedikitnya bisa menjadi referensi atau masukan untuk orangtua dalam memberikan pemahaman tentang manajemen ekonomi kepada anak:

1. Membuat Prioritas
Kita biasakan memberikan penjelasan kepada anak, apa saja kebutuhan kita sekarang ini, dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam kurun waktu sebulan, apa yang sangat dibutuhkan dalam keluarga. Contoh, kebutuhan kakak untuk minggu ini: membeli sepatu kakak yang sudah rusak, membeli buku pelajaran, servis sepeda, dll. Anggaran untuk adik: membeli crayon karena sudah banyak yang patah, membeli buku mewarna, mengganti boneka teman yang kemarin dirusakkan adik, dll.

Jelaskan hal ini sesuai dengan nalarnya, beri anak pemahaman berapa budget belanja per minggu-nya, apa saja yang harus terlebih dulu dibeli dibanding benda lain yang anak inginkan. Hal ini untuk membiasakan anak memahami tentang budget belanja serta prioritas kebutuhan dirinya.

2. Membuat Daftar Belanja
Saat berbelanja kebutuhan pokok sehari-hari, entah ke pasar tradisional atau supermarket, biasakan ibu membuat sebuah daftar belanja. Tunjukkan daftar belanja tersebut kepada anak. Jelaskan bahwa ibu akan mengajak anak pergi berbelanja namun ibu hanya akan membeli barang-barang yang ada dalam daftar. Anak akan belajar untuk konsisten dengan tidak meminta apapun ketika di supermarket. 

Memang butuh sedikit rasa ’tega’ untuk melakukan hal ini. Cukup berat dilakukan oleh orangtua yang memang sudah terbiasa menuruti segala permintaan anak. Namun ibu juga bisa mengadakan ’perjanjian’ dengan anak sebelum berangkat belanja. Beri tawaran apakah anak menginginkan suatu barang atau tidak, jika ya, apa barang yang diinginkan tersebut, misalkan coklat. Maka coklat itu dapat dimasukkan ke dalam daftar belanja. Selanjutnya belanjalah bersama anak dengan membeli barang sesuai dengan daftar. Tidak lebih.

3. Tidak Lapar Mata
Lapar mata adalah istilah tidak tahan melihat barang yang terpajang di etalase atau toko-toko. Anak-anak pun bisa tergiur jika melintasi toko makanan, penjaja es krim ataupun toko mainan. Kita ajak anak untuk menahan diri.
Bisa kita katakan, mainan seperti itu masih banyak persediaan dan Mama akan membelikan pada saat yang tepat. Lihatlah beberapa hari kemudian. Bila ia melupakannya, berarti anak hanya menginginkan sesaat saja.

4.Pilih Alternatif Tempat Jalan-jalan
Kurangilah bepergian jalan-jalan ke mall, sebab, setiap waktu ada saja barang baru yang hadir di sana dan bisa membuat kita tergiur untuk membelinya. Begitu pun anak-anak. Ada banyak varian tempat rekreasi keluarga yang menyenangkan dan edukatif. Ada museum, bangunan bersejarah, wisata alam dan masih banyak lagi lainnya. Itu lebih menyenangkan daripada sekedar mall.

5. Menabung Uang Receh
Bangunlah kebiasaan menabung di rumah. Beri anak anda celengan kecil, bisa beli, lebih baik lagi apabila anda bisa mengajak anak membuat celengannya sendiri. Ini bisa menimbulkan ikatan emosi anak dengan celengannya... Jika anak memiliki uang receh, biasakan untuk memasukkan dalam celengan dan ajaklah untuk merencanakan sesuatu dengan hasil tabungannya. Bila sudah banyak, bisa ditukar ke bank atau belikan barang kebutuhan yang sangat anak inginkan namun budgetnya besar. Misalkan sepeda. 



* Disadur dari berbagai sumber

Tentang Hutang


Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan- Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. QS. At-Tahrim (66) : 6.

Akhlaq Pegawai Muslim



Islam merupakan agama yang lengkap dan sempurna. Semua sisi permasalahan manusia sudah dibahas dan diatur dalam Islam, tanpa kecuali. Mulai dari manajemen ekonomi hingga masalah mandi, mulai dari kewajiban menuntut ilmu hingga aturan memotong kuku. Bahkan masalah tata negara dan perang hingga urusan ranjang pun ada aturannya dalam agama Islam

Ini semua merupakan bukti bahwa agama ini benar-benar merupakan agama yang diturunkan oleh Sang Pencipta Manusia, karena hanya yang menciptakanlah yang akan tahu seperti apa dan bagaimana segala kebutuhan akan makhluk ciptaannya. Seperti tulisan berikut, adalah salah satu dari sekian banyak aturan yang sudah ditetapkan dalam Islam demi terjaganya martabat dan kehormatan manusia itu sendiri.

Berikut adalah akhlaq atau kepribadian yang harus dimiliki seorang muslim dalam bekerja:

1. Mendahulukan Yang Dahulu Dalam Melayani
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan- Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. QS. At-Taubah (9) : 105.

Termasuk sikap adil dan insaf ; hendaknya seorang pegawai tidak mengakhirkan orang yang duluan dari orang-orang yang berurusan, atau mendahulukan orang yang belakangan. Akan tetapi ia mendahulukan berdasarkan urusan yang terdahulu. Dalam hal yang seperti ini memudahkan pegawai dan orang-orang yang berurusan.

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS. Al-Maaidah (5) : 8.

Telah datang dalam sunnah Rasulullah apa yang menunjukkan atas itu. Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ketika Nabi di suatu majelis berbicara kepada orang-orang, datanglah seorang Arab badui lantas berkata. ‘Kapan terjadinya Kiamat?’ Rasulullah terus berbicara, sebagian orang berkata, ‘Beliau mendengar apa yang dikatakannya dan beliau membencinya’, sebagian lain mengatakan, ‘Bahkan ia tidak mendengar’, sehingga tatkala beliau menyelesaikan pembicaraannya beliau berkata, ‘Mana orang yang bertanya tentang hari Kiamat?’ Ia berkata, ‘Ini aku wahai Rasulullah’, Rasul bersaba, ‘Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah hari Kiamat’. Ia bertanya lagi, ‘Bagaimana menyia-nyiakannya?’ Beliau menjawab, ‘Apabila diserahkan urusan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah hari Kiamat” [Diriwayatkan Al-Bukhari]
 

Hadits ini menunjukkan bahwasanya Rasulullah tidak menjawab si penanya tentang hari Kiamat melainkan setelah ia selesai berbicara kepada orang-orang yang telah mendahuluinya. Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam uraiannya, “Disimpulkan darinya memberi pelajaran berdasarkan yang duluan, dan begitu juga dalam fatwa-fatwa, urusan pemerintahan dan lain sebagainya”.


2. Harus Memiliki Sifat Iffah (Menjaga Kehormatan) Dan Bersih Dari Menerima Sogokan Dan Hadiah.
Setiap pegawai wajib menjadi seorang yang menjaga kehormatan dirinya, berjiwa mulia dan kaya hati. Jauh dari memakan harta-harta manusia dengan batil, dari apa-apa yang diberikan kepadanya berupa suap walau dinamakan dengan hadiah. Karena apabila dia mengambil harta manusia dengan tanpa hak berarti ia memakannya dengan batil, dan memakan harta dengan cara batil merupakan salah satu sebab tidak dikabulkannya do’a.

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. QS. Al-Baqarah (2) : 42.

Muslim meriwayatkan di dalam shahihnya (1015) dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya yang pertama busuk dari manusia adalah perutnya, maka barangsiapa yang sanggup untuk tidak memakan melainkan yang baik maka lakukanlah, dan barangsiapa yang bisa untuk tidak dihalangi antara dia dan surga walau dengan segenggam darah yang ditumpahkannya maka lakukanlah”

Dan yang juga diriwayatkannya (2083) dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Sungguh akan datang pada manusia suatu zaman di mana seseorang tidak peduli dengan cara apa dia mengambil harta, apakah dari yang halal atau dari yang haram”.

Menurut orang-orang yang mengambil harta tanpa peduli ini ; bahwasanya yang halal adalah yang berada di tangan dan yang haram adalah yang tidak sampai ke tangan. Adapun yang halal dalam Islam adalah apa yang telah dihalalkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan yang haram adalah yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Telah datang dalam sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hadits-hadits yang menunjukkan dilarangnya aparat pekerja dan pegawai mengambil sesuatu dari harta walaupun dinamakan hadiah, diantaranya hadits Abi Sa’id Hamid As-Saidi, ia berkata.
“Artinya : Rasulullah mempekerjakan seseorang dari suku Al-Asad, namanya Ibnul Latbiyyah untuk mengumpulkan zakat, maka tatkala ia telah kembali ia berkata, ‘Ini untuk engkau dan ini untukku dihadiahkan untukku’. Ia (Abu Hamid) berkata, ‘Maka Rasulullah berdiri di atas mimbar, lalu memuja dan memuji Allah dan bersabda, ‘Kenapa petugas yang aku utus lalu ia mengatakan, ‘Ini adalah untuk kalian dan ini dihadiahkan untukku?! Kenapa dia tidak duduk di rumah bapaknya atau rumah ibunya sehingga dia melihat apakah dihadiahkan kepadanya atau tidak?! Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya! Tidaklah seorangpun dari kalian menerima sesuatu darinya melainkan ia datang pada hari Kiamat sambil membawanya di atas lehernya onta yang bersuara, atau sapi yang melenguh atau kambing yang mengembik’, kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sampai kami melihat putih kedua ketiaknya, kemudian bersabda dua kali, ‘Ya Allah, apakah aku telah menyampaikan?” [Diriwayatkan Al-Bukhari 7174 dan Muslim 1832 dan ini adalah lafazhnya]

Dan di dalam shahih Bukhari (3073) dan shahih Muslim (1831) –dan dengan lafazhnya- dari Abu Hurairah, ia berkata. “Artinya : Rasulullah berbicara kepada kami pada suatu hari, maka beliau menyebutkan Ghulul [1] dan beliau menganggapnya perkara yang besar, kemudian ia berkata, ‘Aku akan temui salah seorang kalian yang datang pada hari Kiamat di atas lehernya ada onta yang bersuara, ia berkata, ‘Hai Rasulullah, tolonglah aku’, maka aku (Rasulullah) mengatakan, ‘Aku tidak mampu berbuat apa-apa untukmu sedikitpun, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu’, Aku akan temui salah seorang dari kalian datang pada hari Kiamat dengan kuda di atas pundaknya yang memiliki hamhamah (suara), lantas ia berkata, ‘Hai Rasulullah! Bantulah aku’, maka aku berkata, ‘Aku tidak bisa membantu sedikitpun, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu’, Aku akan dapatkan salah seorang darimu datang pada hari Kiamat dengan kambing yang mengembik diatas pundaknya seraya berkata, ‘Hai Rasulullah! Tolonglah aku’, Maka aku menjawab, ‘Aku tidak mampu berbuat apa-apa untukmu, aku telah menyampaikan kepadamu’, Aku akan dapatkan salah seorang dari kalian datang pada hari Kiamat dengan membawa jiwa yang menjerit, lantas ia berkata, ‘Hai Rasulullah! Tolonglah aku’, Maka aku berkata, ‘Aku tidak memiliki apa-apa untukmu, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu’, Aku akan mendapatkan salah seorang dari kalian datang pada hari Kiamat dengan pakaian diatas pundaknya ada shamit (emas dan perak), lalu ia berkata, ‘Hai Rasulullah! Tolonglah aku’, maka aku akan menjawab, ‘Aku tidak memiliki apa-apa untukmu, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu”. Riqa di dalam hadits ini maksudnya adalah pakaian dan shamit adalah emas dan perak.

Diantaranya hadits Abu Hamid As-Sa’di, bahwasanya Rasulullah bersabda.
“Hadiah-hadiah para pekerja adalah ghulul (khianat)”. Diriwyatkan oleh Ahmad (23601) dan lainnya, dan lihat takhrijnya di kitab Irwa Al-Ghalil oleh Al-Albani (2622), dan ini semakna dengan hadits yang telah lalu dalam kisah Ibnu Al-Latbiyyah.
 

Diantaranya hadits Adi bin Umairah, ia berkata, “Aku mendengar bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Barangsiapa diantara kalian yang kami pekerjakan atas suatu pekerjaan, lalu ia menyembunyikan dari kami satu jarum atau yang lebih kecil, maka dia adalah ghulul dan ia akan datang dengannya pada hari Kiamat” [Dikeluarkan oleh Muslim]

Diantaranya hadits Buraidah dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda.
“Barangsiapa yang kami pekerjakan atas suatu pekerjaan, lalu kami memberinya bagian, maka apa yang diambilnya setelah itu adalah perbuatan khianat” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan isnad shahih, dan dishahihkan oleh Al-Albani]

Betapa kita melihat dan menyaksikan sendiri bagaimana buruknya kepribadian para pegawai negara tercinta kita ini. Tengoklah bagaimana sikap para pegawai negeri yang menangani pelayanan umum untuk masyarakat. Mulai dari pembuatan surat-surat, SIM, KTP, pasport, pelayanan jasa masyarakat seperti di rumah sakit, kepolisian, kejaksaan, bahkan lembaga pendidikan, betapa sering kita dapat melihat bagaimana slogan ’uang bisa bicara’ terlihat dengan mata telanjang. Tanpa rasa malu.
Sudah bukan rahasia lagi kalau ada ’anak emas’ dan ’anak tiri’ dalam pelayanan publik di negeri ini. Sudah bukan sesuatu yang baru lagi ketika ada tawaran ’hidden cost’ apabila menginginkan proses pembuatan surat-surat pribadi kita dipercepat, daripada yang lainnya.

Dan yang paling memprihatinkan adalah ketika menyadari bahwa hal-hal buruk itu justru terjadi di sebuah negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim...


[*Dikutip dari kitab Kaifa Yuaddi Al-Muwazhzhaf Al-Amanah, Penulis Syaikh Abdul Muhsin bin Hamad Al-Abad, Penerjemah Agustimar Putra, Penerbit Darul Falah, Jakarta 2006]
__________
Foote Note
[1]. Al-Ghulul maksudnya perbuatan curang dan yang dimaksud hadits ini adalah mengambil ghanimah (rampasan perang) dengan sembunyi-sembunyi sebelum dibagikan (pen).
Active Search Results