Kajian 42 : Mizan atau Timbangan Amal



Diantara beriman kepada hari akhir adalah beriman akan adanya mizan atau penimbangan amal. Allah swt berfirman yang artinya, “Dan Kami akan meletakkan timbangan-timbangan yang adil pada hari kiamat maka tidak ada seorangpun yang akan dizalimi sedikitpun.” (Q. S. Al Anbiya : 47)


Sebagian ulama berpendapat bahwasanya penimbangan amal dilakukan setelah hisab karena hisab adalah untuk menghitung amalan sedangkan timbangan adalah untuk menampakkan atau memperlihatkan kepada manusia hasil dari perhitungan amal tersebut dan hal ini menunjukkan keadilan Allah swt.

Akan ditimbang hasanah dan sayyiah dengan timbangan yang hakiki yang memiliki 2 kifah yaitu piringan timbangan, memiliki sifat berat dan ringan dan bisa miring karena amalan. Wallahu’alam tentang hakikatnya dan bagaimana fisiknya.

Allah swt berfirman yang artinya, “Dan barangsiapa yang berat timbangannya maka merekalah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya maka merekalah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri di dalam Jahannam mereka akan kekal.”(Q. S. Al Mu’minun : 102 – 103)

Di dalam hadits yang shahih, Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Catatan dosa-dosa akan ditaruh di kiffah dan kartu yang bertuliskan laaillahaillAllah akan ditaruh di kiffah yang lain.”(H. R. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dalam hadits yang lain Rasulullah saw bersabda, “Akan diletakkan mizan pada hari kiamat. Seandainya langit dan bumi ditimbang di dalamnya niscaya akan cukup. Bertanyalah para malaikat, wahai Rabb untuk siapakah timbangan ini? Maka Allah swt berfirman, untuk orang yang Aku kehendaki dari makhlukku.” (H. R. Al Hakim)

Para ulama berbeda pendapat  tentang berapakah jumlah mizan di hari kiamat. Apakah satu timbangan atau banyak, karena masing-masing manusia memiliki timbangan atau masing-masing amalan ada timbangan khusus. Wallahu’alam.

Amalan yang berat dalam timbangan pada hari kiamat adalah amalan dua kalimat syahadat.
Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Sesungguhnya Allah swt akan memilih salah seorang dari umatku di hadapan makhluk-makhluk yang lain pada hari kiamat. Maka dibukalah di hadapannya 99 sijjil.” (H. R. Abdullah ibnu Amr)

Makna sijjil adalah kitab besar. Dan maksud Rasulullah saw adalah kitab yang berisi dosa-dosa hamba tersebut. 

Kemudian Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Setiap sijjil besarnya adalah sejauh mata memandang. Kemudian Allah swt bertanya kepada hamba tersebut, Apakah ada diantara isi kitab tersebut yang engkau ingkari? Apakah malaikat penulis telah menzalimimu? Hamba tersebut menjawab, tidak wahai Rabbku. Allah swt kembali bertanya, apakah kamu memiliki alasan? Orang itu kembali menjawab, tidak wahai Rabbku. Maka Allah swt pun berkata, sesungguhnya engkau memiliki hasanah di sisi Kami dan sesungguhnya engkau tidak akan dizalimi pada hari ini. Maka dikeluarkanlah sebuah kartu yang bertuliskan dua kalimat syahadat. Allah swt berkata, lihatlah timbanganmu. Hamba tersebut mengatakan, wahai Rabbku, apa arti sebuah kartu ini dibandingkan dengan sijjil yang begitu banyak. Maka Allah swt berkata, sesungguhnya engkau tidak akan dizalimi. Diletakkan sijjil yang begitu banyak tersebut pada sebuah piringan timbangan dan diletakkan kartu di satu piringan timbangan yang lain. Maka ringanlah sijjil yang banyak dan beratlah kartu tersebut.”

Kemudian Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Tidaklah ada sesuatu yang mengalahkan beratnya nama Allah.” (H. R. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Diantara amalan yang sangat memberatkan timbangan adalah akhlaq yang baik.

Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat di dalam timbangan daripada akhlaq yang baik.” (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi)

Diantara akhlaq yang baik adalah menyambung orang yang memutus kita, memberi kepada orang yang tidak mau memberi kepada kita, dan memaafkan orang yang menzalimi kita.

Diantara amalan yang memiliki timbangan berat di hari kiamat kelak adalah ucapan “subhanallahi wa bihamdihi subhanallah hil adziim”. Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim. 

Dalam hadits yang lain Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Diantara amalan yang memenuhi timbangan adalah ucapan Alhamdulillah.”(H. R. Imam Muslim)

Oleh karena itu, sebagai seorang muslim hendaknya kita senantiasa memperbaiki dua kalimat syahadat yang kita ucapkan, berusaha untuk memahami maknanya, dan mengamalkan isinya dan istiqomah di atas keduanya sampai kita meninggal dunia.

Disamping itu hendaknya kita senantiasa memperbaiki ibadah kita kepada Allah swt, memenuhi segala hakNya dengan baik, dan memperbaiki akhlaq kita kepada saudara-saudara kita. Melakukan itu semua karena Allah swt dan untuk memperberat timbangan amalan di hari kiamat. 

Orang yang berbahagia adalah orang yang lebih berat timbangan kebaikannya daripada timbangan kejelekannya. Dan orang yang celaka adalah orang yang lebih ringan timbangan amalannya daripada timbangan kejelekannya. Sebagaimana disebutkan oleh Allah swt dalam surat Al Qori’ah,
Orang-orang kafir tidak memiliki sesuatu yang memberatkan timbangan mereka, karena amalan mereka batal dengan kesyirikan dan kekufuran mereka. Lihat surat Al Kahfi 103 sampai 106.

Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Sesungguhnya akan datang orang yang besar lagi gemuk pada hari kiamat akan tetapi beratnya di sisi Allah tidak lebih berat daripada satu sayap dari seekor nyamuk.” (H. R. Bukhari dan Muslim)

Dalil-dalil di atas menunjukkan  bahwasanya ada tiga perkara yang akan ditimbang di hari kiamat, yaitu amalan, orang yang mengamalkan, dan kitab catatan amalan. Wallahu’alam bish showab.



*Diambil dari kajian Ust. Abdullah Roy


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Active Search Results