Kajian 37 : Pertanyaan Ketika Hisab



Ketika hisab, Allah swt akan bertanya kepada hamba-hambaNya dengan cara sesuai dengan keagungan
Allah. Allah swt akan bertanya tentang apa saja yang sudah mereka lakukan di dunia.


Rasulullah saw menjelaskan dalam sebuah hadits yang artinya, “Tidaklah diantara kalian kecuali Rabbnya akan berbicara dengannya. Tidak ada antara dia dan Rabbnya penterjemah. Dia akan melihat sebelah kanannya maka dia tidak akan melihat di sebelah kanannya, kecuali amalan-amalan yang sudah dia lakukan dan akan melihat sebelah kirinya, maka dia tidak melihat kecuali amalan yang pernah ia lakukan, dan akan melihat depannya maka dia tidak akan melihat kecuali neraka ada di depannya. Maka jagalah diri kalian dari neraka meskipun dengan separuh buah kurma.”  (H.R. Bukhari dan Muslim)

Adapun hadits yang menyatakan bahwa, ada tiga golongan yang Allah swt tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat, yaitu orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian, orang yang suka menjua barang dengan sumpah palsu, dan orang yang memanjangkan pakaian di bawah mata kaki bagi laki-laki. (H.R. Muslim). Maka yang dimaksud hadits ini adalah, seperti yang dikatakan oleh sebagian ulama, bahwasanya Allah swt tidak akan berbicara kepada mereka dalam keadaan ridho, tapi Allah swt akan berbicara kepada mereka dalam keadaan marah.

Adapun hal yang akan ditanya pada saat hisab hari kiamat diantaranya yang pertama adalah tentang tauhid kita kepada Allah swt. Allah swt berfirman yang artinya, “Maka sungguh, Kami akan bertanya umat yang diutus kepada mereka para rasul dan sungguh Kami akan tanya para rasul.” (Q.S. Al-A’raf:6)
Kita akan ditanya bagaimana kita menjawab ajakan rasul dan ajakan rasul yang paling besar adalah tauhid. 

Diantara yang akan ditanya pada hari kiamat adalah kenikmatan yang Allah berikan kepada kita di dunia. Allah swt berfirman, “Kemudian sungguh-sungguh kalian akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan.”(Q.S At-Takatsur : 8)

Diantara kenikmatan tersebut adalah kenikmatan makanan dan minuman, bagaimanapun sederhananya menurut pandangan manusia. 

Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Sesungguhnya pertanyaan pertama yang akan ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat adalah akan ditanyakan kepadanya, bukankah Kami telah menyehatkan badanmu dan memberikan kepadamu air yang dingin?” (H. R. Tirmidzi)

Di dalam hadits yang lain, Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Tidak akan bergerak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat, sampai ditanya tentang umurnya, untuk apa dia gunakan. Dan ditanya tentang ilmunya, apa yang dia amalkan. Dan aakan ditanya tentang hartanya, darimana dia dapatkan dan dalam perkara apa dia gunakan. Dan akan ditanya tentang anggota badannya, untuk apa dia gunakan.” (H. R. Tirmidzi)

Orang yang mensyukuri nikmat tersebut dialah yang akan selamat. Mensyukuri dengan hati, lisan, dan perbuatan. Hatinya mengakui kenikmatan tersebut bahwasanya itu dari Allah, lisannya bersyukur dan memuji Allah swt dan dia mempergunakan kenikmatan tersebut di dalam hal yang dibolehkan oleh Allah swt.

Hal lain yang akan ditanya oleh Allah swt ketika hisab adalah pendengaran, penglihatan, dan hati kita. Allah swt berfirman, “Janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui ilmunya. Sesungguhnya setiap kamu kelak akan ditanya tentang pendengaran, penglihatan, dan hatinya.” (Q. S. Al-Isro:36)
Karena itu hendaklah seorang muslim menjaga pendengaran, penglihatan, dan hatinya dari segala sesuatu yang Allah haramkan.

Diantara yang akan ditanyakan adalah perjanjian. Allah swt berfirman yang artinya, “Dan sempurnakanlah perjanjian karena sesungguhnya perjanjian akan ditanyakan.”(Q.S. Al Isro:34)

Dan perjanjian di sini mencakup perjanjian seorang hamba kepada Allah maupun perjanjiannya kepada makhluk. Setiap muslim dituntut untuk menyempurnakan perjanjian.

Diantara hal yang akan ditanyakan pada saat hisab adalah tentang amanah yang telah Allah berikan kepada kita. Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Setiap kalian adalah penjaga amanat dan setiap kalian akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang imam atau pemimpin negara adalah penjaga amanah dan dia akan ditanya akan ditanya tentang amanah tersebut. Seorang bapak adalah penjaga amanat di dalam keluarganya dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang ibu adalah penjaga amanat di dalam rumah suaminya dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang pembantu adalah penjaga amanat harta majikannya dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Seorang pemimpin mendapat amanat dari Allah untuk menegakkan hukum-hukum Allah atas rakyatnya dan berbuat adil. Seorang bapak mendapat amanat untuk memimpin keluarga dan membawa mereka ke arah kebaikan serta memberikan hak-hak mereka. Seorang ibu mendapat amanat untuk mengurus rumah tangga, mengurus anak, menasehati suami, dan sebagainya. Seorang pembantu mendapat amanat untuk menjaga harta majikannya dan melaksanakan kewajiban sebagai seorang pembantu.

Masing-masing kita hendaknya menjaga amanat dan melaksanakan kewajiban-kewajiban kita apapun peran kita sesuai dengan yang Allah perintahkan, baik kita sebagai seorang pemimpin maupun yang dipimpin, baik itu sebagai juru dakwah maupun yang didakwahi, baik itu seorang suami maupun seorang istri, baik sebagai seorang ayah, atau ibu atau seorang anak. Baik seorang guru ataupun murid, masing-masing hendaknya berusaha menjalankan kewajiban-kewajibannya dengan sebaik-baiknya.



* Diambil dari kajian Ust. Abdullah Roy di kota Al Madinah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Active Search Results