Kajian 48 : Perpisahan Antara Orang-orang Beriman dan Orang-orang Munafiq



Setelah orang-orang beriman bangkit dari sujud, maka mereka akan mengikuti Allah swt dan akan dibentangkan as shiroth atau jembatan di atas neraka, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh sebuah hadits shahih Abu Hurairoh yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Keadaan pada saat itu gelap gulita. 

Dari sebuah hadits shahih riwayat Muslim diceritakan, seorang Yahudi pernah bertanya kepada Rasulullah saw, dimanakah manusia pada saat bumi dan langit diganti? Rasulullah saw menjawab, ’Di tempat yang gelap. Sebelum jembatan.’


Kemudian orang-orang yang beriman akan diberikan cahaya. Dari Abdullah Ibnu Mas’ud, Rasulullah saw bersabda yang artinya, ‘Maka Allah memberikan kepada mereka cahaya sesuai dengan amalan mereka. Ada diantara mereka yang diberi cahaya sebesar gunung yang besar yang berjalan di depannya, dan ada yang diberi lebih kecil dari itu. Ada yang diberi cahaya sebesar pohon kurma di sebelah kanannya, dan ada yang diberi lebih kecil dari itu. Sehingga ada orang yang diberi cahaya di jempol kakinya, kadang nyala dan kadang padam. Apabila menyala, maka ia melangkahkan kakinya dan berjalan dan apabila padam dia berdiri.’ (H. R. Ath-Thabrani)

Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa pentingnya amalan-amalan sholeh dan mengamalkan ilmu  yang kita lakukan selama di dunia. Semakin banyak cahaya yang kita amalkan di dunia, maka semakin besar cahaya di akherat.

Di dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, disebutkan bahwa orang-orang munafiq kelak juga diberi cahaya dan mengikuti Allah swt, namun cahaya mereka padam sebelum sampai jembatan.

Allah swt menceritakan yang artinya, “Pada hari ketika kamu melihat orang-orang yang beriman, laki-laki dan wanita, cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka. Dikatakan kepada mereka, pada hari ini ada berita gembira buat kalian yaitu surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kalian akan kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar. Pada hari ketika orang-orang munafiq laki-laki dan wanita berkata kepada orang-orang yang beriman, tunggulah kami agar kami dapat mengambil sebagian dari cahaya kalian. Dikatakan kepada orang-orang munafiq, kembalilah kalian ke belakang dan carilah sendiri cahaya untuk kalian. Lalu dibuatlah di antara orang-orang beriman dan orang-orang munafiq sebuah dinding yang memiliki pintu. Di sebelah dalamnya yaitu sisi orang-orang beriman ada rahmat. Dan di sebelah luarnya yaitu sisi orang-orang munafiq ada siksa. Orang-orang munafiq memanggil orang-orang beriman seraya berkata, bukankah kami dahulu bersama dengan kalian di dunia? (Maksudnya bersama-sama secara zahir) Orang-orang beriman menjawab, benar. Akan tetapi kalian mencelakakan diri kalian sendiri yaitu dengan kenifaqan kalian dan kalian dahulu menunggu-nunggu kehancuran kami dan kalian ragu-ragu dan ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah swt. Dan penipu yaitu syetan telah datang memperdaya kalian tentang Allah. Maka pada hari ini tidak akan diterima tebusan dari kalian maupun dari orang-orang kafir. Tempat kalian adalah neraka, itulah tempat perlindungan kalian dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Q. S. Al Hadiid 12-15)

Demikianlah orang-orang munafiq kembali tertipu. Mereka mendapat cahaya di awal dan menyangka bahwasanya mereka akan selamat bersama dengan orang-orang yang beriman. Namun ternyata persangkaan mereka salah.

Orang-orang beriman ketika melihat cahaya orang-orang munafiq padam, mereka berdo’a kepada Allah yang artinya, “Wahai Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami sesungguhnya Engkau berkuasa melakukan segala sesuatu.” Lihat surat Al Tahriim 8.

Di dalam hadits shahih Rasulullah saw mengabarkan bahwasanya orang yang berjalan ke masjid di dalam kegelapan malam yaitu untuk melakukan sholat berjama’ah maka ia akan mendapatkan cahaya yang sempurna di hari kiamat. (H. R. Abu Daud dan Tirmidzi)

Diantara usaha yang dapat dilakukan seorang muslim untuk menjaga diri dari sifat nifaq adalah menjaga sholat lima waktu secara berjama’ah. 

Rasulullah saw bersabda dalam hadits hasan yang artinya, “Barangsiapa yang sholat semata-mata karena Allah selama 40 hari secara berjama’ah dan mendapatkan takbiratul ‘ula atau takbiratul ihram maka ia akan terlepas dari dua perkara, yaitu terlepas dari neraka dan terlepas dari kenifaqan.” (H. R. Tirmidzi)





* Diambil dari kajian Ust. Abdullah Roy



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Active Search Results